Mengkhianati Nawacita Pendidikan
Nawacita Pemerintah Kota yang bertujuan membangun sumber daya manusia seakan terlupakan dalam realitas pahit SDN 26 Palu. Sekolah ini, yang berfungsi sebagai tempat pendidikan generasi penerus bangsa, menghadapi kondisi yang jauh dari layak. Padahal, anggaran pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 20% dari belanja daerah, dan anggaran ini digunakan untuk mendanai urusan pendidikan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di tengah kemewahan fasilitas taman-taman hiburan yang dibangun oleh Pemerintah Kota, terdapat derita generasi bangsa yang semestinya mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, anggaran fantastis tersebut belum mampu mengatasi kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan.
Keluhan Para Orang Tua
Para orang tua siswa tak bisa menyembunyikan kekecewaan mereka terhadap sikap Pemerintah Kota yang seakan tutup mata. "Kalau untuk kita orang tua, secepatnya dapat dibangun, karena kasihan anak-anak kami dengan kondisi bangunan yang tidak layak. Mereka kepanasan saat belajar, dan bangunan yang ada sangat berbahaya jika terjadi gempa lagi," ujar Reni, seorang wali murid, sambil menyeka air mata.
Orang tua lainnya menambahkan bahwa bangunan sementara yang digunakan saat ini tidak memadai. "Jika terik, panasnya luar biasa. Sementara jika hujan, ruang kelas kebanjiran dan banyak serangga atau nyamuk yang menggigit para siswa," tambah seorang wali murid sambil terisak. Mereka berharap Pemerintah segera memperhatikan kondisi ini dan membangun sekolah yang layak.
Kekecewaan Terhadap Janji Manis Pemerintah
Kekecewaan mendalam juga diungkapkan oleh wali murid kelas IV. "Survei dan foto-foto yang dilakukan pemerintah hanya sebatas itu saja. Janji tinggal janji manis dari Pemerintah Kota tak kunjung direalisasikan," ujarnya menahan tangis.
Para orang tua menambahkan bahwa sebelumnya fasilitas WC di SDN 26 Palu tidak ada. "Anak-anak kami biasa buang air besar di luar sekolah. Berkat kesepakatan orang tua siswa tahun lalu, kami bergotong royong membangun WC. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa digunakan," kata Rosmawati, kepada media ini, pada Jumat (2/8/2024) salah satu wali murid, dengan mata berkaca-kaca.
Ironi di Balik Adipura
Kesuksesan Adipura yang diraih Pemerintah Kota Palu menjadi ironi besar. Di satu sisi, penghargaan bergengsi diraih, namun di sisi lain, kebutuhan dasar pendidikan diabaikan. Para siswa SDN 26 Palu layak mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Pemerintah Kota Palu harus segera memberikan perhatian serius terhadap kondisi ini.
Sungguh memprihatinkan melihat generasi penerus bangsa terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak layak, sementara anggaran besar tersedia. Ini bukan hanya masalah infrastruktur, tetapi juga masalah moral dan komitmen pemerintah dalam menciptakan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita.
Tim